Senin, 23 Mei 2011

Lyta

Ini adalah cerita yang saya karang sendiri,walaupun masih bersambung,saya harap anda dapat menyukainya
LYTA Si Gadis Kecil Berpetualang
Dikala masa perang dunia telah sirna ditiup kabut perdamaian. Lahirlah seorang anak perempuan lucu ke dunia. Kedua orang tuanya sangat menyayangi anak satu-satunya mereka dan memberinya nama Lyta.
Lima tahun sudah ayah Lyta pergi dari rumah untuk berperang lagi. Lyta tak menyadari jikalau ia memiliki seorang ayah,karena selama 5 tahun tak berjumpa.
Sekarang adalah ulang tahun Lyta yang ke-5 tahun. Hanya Lyta dan ibunya yang tahu kapan Lyta berulang tahun. Remang-remang cahaya lampu minyak menemani kedua wanita cantik itu. Malam itu makan malam yang sederhana dibuat semewah-mewahnya dengan tenaga ibu Lyta. Tak usah ditanyakan lagi kehidupan Lyta saat ini. Dia dan ibunya tinggal di desa terpencil bersama penduduk yang kurang mampu lainnya. Malam ulang tahun Lyta dikejutkan oleh ucapan Lyta pada ibunya. Malam itu Lyta berkata “Bu,apakah ayah itu?”pertanyaan seorang anak kecil yang polos dan lugu dapat melelehkan hati ibunya yang lama tak mengungkit suami tercintanya.
Sekarang Lyta berumur 11 tahun. Dia sudah mulai mengerti apa itu ayah dan kenapa ibunya tak pernah mengungkitnya. Ia selalu membantu ibunya dan tak pernah mengatakan kata “AYAH” lagi didepan ibunya. Dia tak ingin ibunya menumpahkan air mata kenangan.
“Bu,besok aku dan teman-teman akan pergi berkemah bersama paman Zack ke bukit sana”. Ujar Lyta sambil menunjuk sebuah bukit indah di seberang desanya. “Boleh tidak?”. Tanya Lyta. “Mmmm .. Bagaimana ya? Boleh tapi bagaimana dengan tenda dan peralatan lainnya?”. Tanya ibunya. “Tenang bu,semua sudah disiapkan paman”. Jawab Lyta tegas. “Baiklah”. Balas ibunya ibunya sambil melanjutkan pekerjaan rumah. “Oh ya bu,kan lengkap ibu apa?”. Ujar Lyta.“Marry Queelly Angolla”. Jawab ibunya tenang. “Terima kasih”. seru Lyta sambil berlari meninggalkan ibunya . Lihat lah anakmu sekarang Angolla,dia sudah besar,cantik,pintar,dan lucu. Andai saja aku tak mengizinkanmu ikut perang,pasti kau dapat melihat anak kita saat ini. Batin Marry berkata.
***
“Kemping bersama … kemping ramai-ramai … riang gembira hatiku senyumku melebar” Nyanyian Lyta dan teman-temannya meramaikan keheningan pagi. Hari itu matahari belum menampakkan diri. Ayam pun belum berkokok. Namun,paman Zack sudah pergi bersama rombongan kecilnya.
“Nah sudah sampai anak-anak. Siapa yang lelah,istirahat sejenak saja dulu”, teriak paman Zack dengan lantang namun terdengar lembut di telinga anak-anak. Semuanya mengambil minum dan duduk di bebatuan yang bersih. “Lyta duduk disini saja,disana kotor”. Teriak Billy “Ya baiklah. Panggil Enemy dan Macky juga ya”. Teriak Lyta. Setelah semuanya mengambil posisi Macky bertanya pada paman Zack “Paman,kenapa kita harus pergi secepat ini?”. Tanya Macky pada paman Zack. “Lihat saja nanti. Oh lihat itu” Seru paman Zack pada sambil menunjuk sesuatu. Matahari terbit dengan indahnya. Ditemani kokokan ayam jantan di desa kecil tersebut. Semuanya mulai mengerti kenapa mereka pergi berkemah di pagi buta. Ternyata paman Zack ingin sekali agar anak-anak melihat batapa indahnya hidup di dunia ini.
Hari mulai terik. Tenda berkemah sudah tegar berdiri. Semua anak merasa bosan dan lelah sehabis membangun tenda. “Ckckck … Kok semuanya lemas begitu sih?kan masih siang”. Tanya paman Zack yang sebenarnya tahu jawabannya. “Kami bosan” serentak semua anak berbicara. Paman Zack yang banyak akal pun berkata “Mari adakan lomba. Yang menang mendapat hadiah”. “Lomba apa paman?”. “Apa lombanya asik?”. Keadaan yang semula sepi menjadi ramai bagai pasar malam. “Tenang anak-anak. Lomba pertama ini mencari kayu bakar terbanyak. Karena yang ikut berkemah ada 20 orang,jadi kelompoknya ada 4 masing-masing 5 orang”. Semua anak ribut memikirkan siapa saja yang akan menjadi satu kelompok. Lyta,Billy,Enemy,dan Macky bingung memikirkan siapa satu orang yang akan menjadi kelompoknya. Tiba-tiba Lyta melihat seorang anak berdiam diri tak ikut campur dalam ramainya siang itu. “Zizi,kamu masuk kelompok kami ya!”. ajak Lyta sambil menarik tangan Zizi dan membawanya ke teman-teman yang lain. Dari kejauhan tampak seorang bersembunyi di balik kokohnya pohon.
Semua kelompok telah masuk ke hutan dan mencari kayu bakar. Lyta dan kelompoknya berjalan dengan melihat kebawah berharap ada beberapa kayu. Angin berhembus kencang. Terdengar suara gaduh di semak belukar. Tanpa sadar banyak kayu bakar terletak di samping semak belukar. Kelompok Lyta beruntung,mereka mendapatkan banyak kayu bakar. Di dalam kesenangan itu timbullah kecurigaan Lyta. Kalau angin kencang menimbulkan suara berisik pada semak-semak sih masuk akal. Tapi tak mungkin dapat mematahkan kayu sebanyak itu. Apalagi hutan itu kan tak berpenghuni. Tak mungkin juga itu paman. Pantat paman kan besar,mana mungkin dapat bersembunyi di balik semak-semak yang mungkin ibu dapat bersembunyi di sana. Mungkinkah itu ibu? Ah.. tak mungkin.
***
“Horeeee kelompok kita menang”. Seru Macky bukan main. Dia berteriak kegirangan sambil mengelilingi api unggun yang besar. Semua bernyanyi kecuali Lyta. Lyta masih teringat peristiwa tadi. Dia menebak-nebak siapakah orang yang bersembunyi itu. “Kamu ini memalukan! Lihat,semuanya menertawakan kamu tahuuu”. Ujar Enemy sedikit malupada Macky sambil memakan marsmellow bakarnya.
“Di ujung tombak hitam ada penyesalan. Si penggenggam tak ingin sakiti orang. Siap .. Siap si penggenggam dapat. Bunuh .. Bunuh si penggenggam diam”. Suara merdu Lyta menemani indahnya malam berbintang di bukit terpelosok itu. Malam itu Lyta tak lagi memikirkan siapa orang di balik semua itu. Lyta hanya tertidur lelap dan bermimpi suatu saat dapat melihat seorang ayah.
***
Perkemahan telah dijalani selama 1 minggu. Di hari terakhir berkemah tiba-tiba paman Zack memarahi sesuatu. Anak-anak berpikir paman Zack memarahi pohon tua di depannya. Ternyata ia memarahi seorang pria kurus dan berbaju prajurit. Pria itu memiliki mata sama dengan ibunya. Tiba –tiba pria itu melihat Lyta. Tatapannya membuat Lyta menjadi hangat bagai di belaian kasih ayah. “Apakah kau kembaran ibu ku?”. Tanya Lyta dengan penuh rasa ingin tahu. “Bukan! Aku adalah prajurit yang selamat dalam peperangan. Apakah kau anak ku?”. Tanya balik pria itu. Pertanyaan pria itu mengagetkan Lyta dan paman Zack. “Apakah kau mengenal Marry Queelly Angolla?”. Tanya pria itu kembali. “Marry Queelly Angolla adalah ibuku!”. Jawab Lyta sedikit bingung. “Be .. berarti kau adalah anak ku! Marry adalah istriku” Jelas lelaki itu. “Ayah? Ayahhh” Teriakan Lyta terdengar hingga lubuk hati ayahnya. Selama berkemah ini ayahnya merasa ada sesuatu yang sama dengan mata anaknya yang telah ditinggalnya selama 11 tahun. Oleh sebab itu ayahnya membantu kelompok Lyta dalam lomba mencari kayu. Lyta memeluk erat ayahnya sambil menangis tangisan bahagia.
Sampai di rumah ibu Lyta terkejut sembari memeluk suami tersayangnya. Saat ini Lyta merasa lebih lengkap dan terisi karena jika ibunya sibuk berkerja ayahnya selalu menemaninya. Permainan yang dibuat ayahnya sangat menyenagkan. Bukan hanya Lyta yang merasa senang,teman-temannya juga merasa terhibur dengan cerita-cerita ayahnya.
Lima tahun sudah mereka sekeluarga bersama. Kebersamaan mereka terpecah saat adanya pernyataan perang dari Negara tetangga dengan Negara Lyta. Kabar itu di dengar paman Zack saat mendengar radio using milik almarhum istrinya. Walaupun Lyta masih berumur 16 tahun,namun Lyta sudah bertekad ingin ikut berperang. “Bu,aku ingin ikut berperang”. Ujar Lyta pada ibunya. Dengan wibawa tinggi ibunya menjawab “Tidak boleh. Kau terlalu kecil untuk hidup dalam kegelapan”. Jawab Marry,ibunya. “Ayah mengizinkanku. Ayah dan teman-teman juga akan ikut perang. Tolong izinkan aku bu … aku ingin memiliki petualangan hidup seperti ayah bu ..”. “Kalau tidak boleh yah tidak boleh! Ibu tak mau kehilangan lagi. Ibu tak mau”. Pekik ibunya dengan amarah membara. Disaat itu Angolla,ayah Lyta datang “Kau boleh pergi. Siapkan senjata dan perbekalan. Lalu kumpulkan teman-temanmu yang ingin berperang”. Jelas ayahnya panjang lebar. “Baiklah”. Lyta memberi hormat pada ayahnya dan pergi. “Apa kau gila membiarkan anak perempuanmu berperang hah?”. Marah Marry tambah membara. “Aku tahu kau merasa kehilangan,tapi tak seperti ini caranya! Berikan sedikit petualangan untuk hidup”. Balas Angolla ikut marah dalam gubuk kecil itu. “Aku tak ingin kehilangan mu lagi. Aku juga tak mau kehilangan Lyta”. Tangis Marry pada Angolla. Keheningan terjadi diantara mereka berdua. Satu sama lain tak ingin berbicara. Lyta yang diluar mengira permasalahan kedua orang dewasa itu sudah selesai. Dengan cekatan Lyta menyiapkan segala yang diperlukan dalamm berperang. Semua pasukan kecilnya berbaris. Walaupun pasukannya sudah remaja,namun sangat sulit untuk meminta izin orang tua. Akhirnya pasukan kecil itu hanya terisi anak-anak yang tak memiliki orang tua. Yang ingin ikut namun tak mendapat izin terpaksa harus menjaga kampung miskin itu dari kemungkinan penyerangan dari neraga terkait.
***
Siang harinya mereka pergi meninggalkan bekas luka dihati Marry. Marry tak ingin anak dan suaminya beserta anak-anak tak berdosa menanggung beban yang cukup berat ditangani. Resikonya adalah kematian. Marry takut kehilangan senyum seluruh penduduk kampong kecil itu hanya gara-gara perang. “Aku tak tahan lagi! Aku ingin menyusul mereka dan membawa pulang mereka. Biarlah aku mati !!”. Teriak Marry sambil menangis tersedu-sedu. Namun semua itu percuma,mereka telah pergi berperang melawan manusia-manusia tak tau apa itu kebebasan.
***
“Kita sedah separuh jalan untuk menguasain negri ini. Namun kenapa sedikit sekali kekayaan yang mereka berikan pada kita?mereka terlalu miskin!”. Teriak jendral pada sang raja. “Tenang lah Louis,yang kita cari bukan harta penduduk disini,namun gua berlian yang tempatnya hanya diketahui oleh dia”. Ujar sang raja menenangkan jendral Louis.”Siapa dia raja?”. Tanya jendral Louis ingin tau. “Angolla,musuh besar negara kita”. Jawab sang raja.
***
“Kenapa Cuma ayah yang selamat dari peperangan?”. Tanya Lyta. “Karena mereka dulu tak membiarkan ayah mati”. Jawab Angolla jujur. “Kenapa bisa Paman?”. Tanya Macky juga. “Karena mereka menyerang Negara kita agar dapat mengetahui letak gua berlian”. Jelas Angolla pada pasukan secara rinci. “Oh iya .. apakah kau Macky,Jacel,Fitria,Zizi,dan Billy?”. Tanya Angolla sambil menunjukmereka satu demi satu. “Iya,apa paman lupa?”.Tanya mereka kompak. “Paman tidak lupa,paman hanya saja paman ingat pesan dari orang tua kalian”. Kata Angolla sambil tersenyum. “apakah benar paman?” “Apa yang orang tuaku bilang?” “Apa sekarang mereka di surga?” “Apa mereka masih hidup?”. Ribuan pertanyaan dijurukan ke Angolla. Lyta yang hanya diam tersenyum melihat para sahabatnya tersenyum mendengar titipan salam orang tua yang telah hilang selama bertahun-tahun.
***
“Jendral Louis!”. Panggil sang raja pada si jendral. “Ada apa raja?”. Tanya Louis lembut. “Masalah berlian itu jangan beritahu pada prajurit kita,mereka bisa egois jika mengetahui masalah ini”. Jelas sang raja. “Baiklah”. Ujar jendral Louis.
Tau saja dia kalau ada yang ingin mengambil berlian itu. Liat saja aku akan mengggantikan tahtanya sebagai raja dan aku akan mengambil berlian itu semauku. Hahahah. Bisik jendral dalam hati.
***
“Ayah apakah kita sudah sampai? Kurasa kita sudah berjalan terlalu lama”. Tanya Lyta pada ayahnya. “Sudah sampai! Tapi jangan bising ya .. karena banyak prajurit yang berjaga”. Ujar Angolla. Tiba-tiba seorang penjaga berlari kearah Lyta. Dengan sigap Lyta mengambil obat bius dari tanaman yang sudah dia persiapkan sebelum pergi berperang. “Tolong”. Teriak penjaga namun karena telah dibius jadi teriakannya hanya bagai bisikan kecil yang terbawa angin. “Kau hebat Lyta”. Puji Billy sambil berbisik. “Terima kasih Billy”. Balas Lyta. “Kau harus membunuhnya bukan membiusnya!”. Marah Angolla pada anaknya. Lyta yang semula tersenyum tertunduk sedih mendengar amarah ayahnya. Tekk .. Tekk .. Tekk bunyi langkah para prajurit kecil Lyta memenuhi ruang tidur sang raja.
***
“Ayah kita kok malah ke loteng?”. Tanya Lyta. “Ikuti saja lah sayang”. Ucap ayahnya. “Kalian tunggu disini,jika ada yang mencurigakan segera sembunyi. Jika ada prajurit bunuh saja mereka. Namun jika ada yang ingin melalukan hal seperti Lyta tadi ikuti saja dia”. Ujar Angolla meninggalkan pasukan kecilnya.
bersambung ..